PENGARUH JARAK TANAM KACANG PINTOI (Arachis pintoi) TERHADAP PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN TEBU
The effect of spacing on pintoi beans (Arachis pintoi) on weed control in sugarcane
Devia Arum Purmasita1, M. Agus Krisno Budiyanto2, Lise Chamisijatin3, Roro Eko Susetyarini4, Dwi Setyawan5
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang Tlp. 0341-464318,
email: deviaarum@gmail.com
ABSTRACT
Weed is a disturbing organism that is always present in the cultivation of sugarcane, which causes a decrease in the quantity of sugarcane. The purpose of this to know the effect of spacing on pintoi beans (Arachis pintoi) on weed control in sugarcane plants. The research designs used non factorial Randomized Block Design (RBD). The spacing of Arachis pintoi plants was 10 cm cm x 10 cm, 10 cm x 20 cm, 10 cm x 30 cm, 20 cm x 10 cm, and 20 cm x 20 cm. Then, the data analysis technique used was One Way Anova and 5% duncan test. The results showed that there was an effect of spacing on pintoi beans (Arachis pintoi) on weed control in sugarcane. Arachis pintoi in a spacing 10 cm x 10 cm has the lowest wet weight and dry weight with an average of around 170.25 gr and 56.25 gr. Weed species have the largest amount and density, namely Cyperus rotundus.
Keywords: Weed, Sugarcane, Competition, Plant Spacing, Pintoi Beans
ABSTRAK
Gulma merupakan organisme penganggu yang selalu ada dalam budidaya tanaman tebu, yang menyebabkan penurunan kuantitas hasil tebu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jarak tanam kacang pintoi (Arachis pintoi) terhadap pengendalian gulma pada tanaman tebu. Jenis penelitian menggunakan True Experiment Research dengan desain penelitian The Posttest Only Control Group Design. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Jarak tanam Arachis pintoi yaitu 10 cm x 10 cm, 10 cm x 20 cm, 10 cm x 30 cm, 20 cm x 10 cm, dan 20 cm x 20 cm. Teknik Analisis data yang digunakan yaitu One Way Anova dan Uji duncan 5%. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh jarak tanam kacang pintoi (Arachis pintoi) terhadap pengendalian gulma pada tanaman tebu. Arachis pintoi dengan jarakTtanamk10 cm x 10 cm memiliki berat basah dan berat kering terendah dengan rata-rata sekitar 170,25gr dan 56,25gr. Spesies gulma yang memiliki jumlah dan kerapatan terbesar yaitu Cyperus rotundus.
Kata Kunci: Gulma, Tanaman Tebu, Kompetisi, Jarak Tanam, Kacang Pintoi
PENDAHULUAN
Konsumsi gula dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring berkembangnya jumlah penduduk. Hal ini harus diimbangi dengan produksi gula yang maksimal. Budidaya tebu merupakan faktor penentu dalam menghasilkan gula yang maksimal, namun terdapat beberapa masalah yang menghambat budidaya tebu. Salah satunya yaitu kompetisi tanaman dengan gulma. Kompetisi untuk memperebutkan cahaya matahari, air, unsur hara, CO2 dan ruang tumbuh (Ardhana, 2012).
Gulma merupakan organisme penganggu yang selalu ada dalam budidaya tanaman. Gulma memiliki sifat berkembang biak yang cepat sehingga dalam waktu sekejap dapat tumbuh memenuhi tempat budidaya tanaman (Sukman, Yernelis., & Yakup, 2002). Pada saat tebu berumur 2-3 bulan merupakan masa pertumbuhan tunas dan dimulainya fase peranakan, oleh karena itu pengendalian gulma dilakukan pada umur tersebut. Tanaman tebu mampu berkompetisi dengan gulma pada umur 4 bulan (Alfredo, Sriyani, & Sembodo, 2012).
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani tebu di Desa Senggreng, masalah yang sering terjadi pada budidaya tebu salah satunya yaitu gulma. Umumnya petani lebih banyak menggunakan herbisida dalam mengatasi masalah tersebut.
Dampak yang ditimbulkan gulma yaitu menurunkan kuantitas hasil tebu karena adanya kompetisi antara tanaman tebu dengan gulma. Kerugian yang ditimbulkan gulma terhadap bobot tebu sekitar 6-9% dan menurunkan rendemen sebesar 0.09% (Pariyanto, Sembodo, & Sugiatno, 2015).
Petani tebu umumnya menggunakan herbisida sintetik dalam mengendalikan gulma, tetapi penggunaan yang terus-menerus memberi dampak negatif terhadap lingkungan (Setyowati & Suprijono, 2001). Cara menekan populasi gulma secara ramah lingkungan dengan pengendalian secara kultur teknis menggunakan tanaman penutup tanah yaitu kacang pintoi (Arachis pintoi).
Arachis pintoi merupakan tanaman yang dapat hidup di dalam naungan, memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat sehingga mencegah atau menekan pertumbuhan gulma. Kepadatan tanaman mempengaruhi ruang tumbuh, apabila kepadatan kacang pintoi semakin tinggi maka naungan yang menghalangi gulma dalam memperoleh cahaya semakin besar (Edi, 2014). Penelitian tanaman Arachis pintoi terhadap populasi gulma pada tanaman jagung, terbukti bahwa tanaman tersebut efektif dalam menekan gulma golongan rumput R. Cochicinensis (Silmi & Chozin, 2014).
Arachis pintoi bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium untuk menambat unsur hara N sehingga tanaman ini tidak merespon pupuk N. Tanaman ini merupakan tanaman C3 yang mengalami fotosintesis optimum pada intensitas cahaya yang rendah (dibawah naungan) sehingga kompetisi cahaya dengan tanaman tebu cukup rendah. Berdasarkan latar belakang, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Jarak Tanam Kacang Pintoi (Arachis pintoi) terhadap Pengendalian Gulma pada Tanaman Tebu”.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperiment sesungguhnya (True Experiment Research) dengan The Posttest Only Control Group Design. Penelitian dilakukan di lahan pertanian tebu di Desa Senggreng Kec.Sumberpucung Kab.Malang dan Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang, pada 7 Oktober – 5 November 2018.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan satu variabel bebas yaitu jarak tanam kacang pintoi (Arachis pintoi) yang terdiri dari A (tanpa Arachis pintoi), B (Jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 10 cm), C (Jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 20 cm), D (Jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 30 cm), E (Jarak tanam Arachis pintoi 20 cm x 10 cm), dan F (Jarak tanam Arachis pintoi 20 cm x 20 cm). Parameter yang diteliti yaitu pertumbuhan gulma meliputi: jumlah gulma, kerapatan gulma, berat basah dan berat kering.
Prosedur penelitian dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengamatan. Tahap persiapan meliputi; penyiapan alat dan bahan, penyiapan lahan dengan luas 96 m2.Tahap pelaksanaan meliputi; penanaman bibit Arachis pintoi, penyiraman bibit Arachis pintoi, dan penyulaman. Tahap pengamatan yaitu mengamati jumlah gulma, kerapatan gulma, berat basah gulma, dan berat kering gulma setelah 30 hari
ANALISIS DATA
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi eksperimen. Penelitian ini menggunakan 2 macam analisis, yaitu: a) Data jumlah gulma dianalisis mengunakan analisis kerapatan dan b) Data berat basah gulma dan berat kering gulma dianalisis menggunakan analisis anova 1 jalan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kerapatan Gulma
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 5 spesies gulma di lahan pertanian tebu. Kategori gulma daun lebar sebanyak 3 spesies dan kategori gulma teki sebanyak 2 spesies. Gulma daun lebar antara lain yaitu: Portulaca oleraceae, Amaranthus spinosus, Altemanthera philoxeroides. Gulma teki yaitu Eleusine indica dan Cyperus rotundus. Hasil analisis kerapatan gulma disajikan pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1 nilai kerapatan tertinggi yaitu spesies Cyperus rotundus sebesar 19,05 dan kerapatan relatif sebesar 30,53%. Jenis gulma Amaranthus spinosus memiliki nilai kerapatan terendah sebesar 3,21 dan kerapatan relatif sebesar 5,14%. Gulma Cyperus rotundus merupakan gulma yang banyak ditemukan di area penelitian sedangkan Amaranthus spinosus merupakan spesies yang jarang ditemukan di tempat penelitian. Cyperus rotundus merupakan gulma yang memiliki karakteristik, umbi akarnya sulit dikendalikan walaupun menggunakan pengendalian secara mekanik sehingga jenis ini banyak ditemukan di area penelitian (Restiana & Dahlianah, 2014).
Berat Basah dan Berat Kering Gulma
Uji One way Anova
Berdasarkan uji One way Anova diketahui bahwa, nilai Fhitung berat basah gulma sebesar 286,001 dengan Ftabel sebesar 2,77. Diketahui bahwa Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, sehingga ada pengaruh jarak tanam Arachis pintoi terhadap berat basah gulma yang berbeda secara signifikan.
Berdasarkan uji One way Anova diketahui bahwa, berat kering gulma menghasilkan nilai Fhitung sebesar 43,154 dengan Ftabel sebesar 2,901. Diketahui bahwa Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, sehingga ada pengaruh jarak tanam Arachis pintoi terhadap berat kering gulma yang berbeda secara signifikan.
Uji Duncan
Uji duncan bertujuan untuk mengetahui perlakuan mana yang efektik/terbaik dalam mengendalikan gulma. Kriteria uji ini yaitu jika selisih nilai rata-rata setiap perlakuan jarak tanam Arachis pintoi menghasilkan selisih > nilai MDRS (α = 5%) maka terdapat perbedaan pengaruh jarak tanam Arachis pintoi terhadap hasil berat basah dan berat kering gulma (Adinurani, 2014). Hasil uji duncan disajikan pada Tabel 2
Keterangan:
Perlakuan yang diikuti dengan notasi huruf
yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata
Berdasarkan hasil pada Tabel 2 perlakuan B (jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 10 cm) menghasilkan hasil berat basah gulma yang paling rendah dan berbeda signifikan dengan semua perlakuan jarak tanam. Perlakuan A menghasilkan hasil basah gulma yang paling tinggi dan berbeda signifikan dengan semua perlakuan jarak tanam. Perlakuan C dan D memiliki pengaruh yang hampir sama. Disimpulkan bahwa perlakuan B merupakan perlakuan yang efektif/terbaik dalam mengendalikan gulma karena memiliki berat basah yang lebih rendah dibanding perlakuan lainnya.
Semakin rapat jarak tanam Arachis pintoi maka berat basah gulma lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam yang rapat memberikan jumlah tajuk yang lebih banyak sehingga penyerapan cahaya semakin besar (Sumarni, Sumiati, & Rosliani, 2009). Berdasarkan penelitian oleh Febrianto & M.A. (2014), tentang “pengaruh jarak tanam dan stek terhadap kecepatan penutupan Arachis pintoi krap. dan greg sebagai biomulsa pada pertanaman tomat”, menyatakan bahwa penggunaan jarak tanam sebesar 20 cm x 5 cm memiliki persentase penutupan tanah sekitar 99,16% (90 hst).
Keterangan:
Perlakuan yang diikuti dengan notasi huruf
yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata
Berdasarkan hasil pada Tabel 3 perlakuan B (jarak tanam Arachis pintoi 10 cm x 10 cm) menghasilkan hasil berat kering gulma yang paling rendah dan berbeda signifikan dengan semua perlakuan jarak tanam. Perlakuan A menghasilkan hasil berat kering gulma yang paling tinggi dan berbeda signifikan dengan semua perlakuan jarak tanam. Perlakuan C, D dan E memiliki pengaruh yang hampir sama. Disimpulkan bahwa perlakuan B merupakan perlakuan yang efektif/terbaik dalam mengendalikan gulma karena memiliki berat kering yang lebih rendah dibanding perlakuan lainnya.
Semakin rapat jarak tanam maka berat kering gulma lebih rendah karena adanya naungan yang menutupi gulma menyebabkan penerimaan cahaya bagi gulma semakin berkurang sehingga laju pertumbuhannya semakin berkurang (Febrianto & M.A., 2014). Pengaruh kerapatan tanaman yang tinggi menyebabkan kompetisi antar tanaman sehingga mempengaruhi proses fotosintesis tanaman, karena penetrasi cahaya yang berkurang serta meningkatnya kompetisi nutrisi sehingga mempengaruhi hasil (Capriyati, Tohan, & Kastono, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti (2016), mengenai “Potensi Arachis pintoi Karp. & Greg. Sebagai biomulsa pada pertanaman kelapa sawit” menyatakan bahwa Arachis pintoi efektif untuk menekan gulma pada 19 MST dibandingkan biomulsa lain karena tanaman ini dapat mengasilkan bobot kering gulma hingga 0,69 g. Penelitian lain menyebutkan bahwa Arachis pintoi mampu menekan pertumbuhan gulma pada tanaman kopi sebesar 58,58% pada 6 MST dan 10 MST pada tanaman jagung sebesar 52,60%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian pengaruh jarak tanam kacang pintoi (Arachis pintoi) dalam mengendalikan gulma pada tanaman tebu dapat disimpulkan bahwa:
Arachis pintoi berpengaruh dalam mengendalikan gulma pada tanaman tebu
Arachis pintoi dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm (perlakuan B) memiliki berat basah dan berat kering yang paling rendah dengan rata-rata sekitar 170,25 dan 56,25.
Kerapatan gulma pada area penelitian ditemukan hasil bahwa nilai kerapatan tertinggi dimiliki oleh spesies Cyperus rotundus. Gulma tersebut memiliki nilai kerapatan sekitar 30,53% dari semua sampelkpengamatan.
SaranN
Arachis pintoi berpotensi dalam mengendalikan gulma pada tanaman tebu namun kurang mampu menekan pertumbuhan Cyperus rotundus sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lainnya. Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian mengenai dampak penggunaan Arachis pintoi pada rendemen tebu.
DAFTAR PUSTAKA
Adinurani, Praptiningsih Gamawati. (2016). Perancangan dan Analisis Data Percobaan Agro. Yogyakarta: Plantaxia.
Alfredo, N., Sriyani, N., & Sembodo, D. R. J. (2012). Efikasi herbisida pratumbuh metil metsulfuron tunggal dan kombinasinya dengan 2,4-d, ametrin, atau pdiuron terhadap gulma pada pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal Agrotropika, 17(1), 29–34.
Ardhana, I Putu Gede. (2012). Ekologi tumbuhan. Denpasar: Udayana University Press.
Capriyati, R., Tohan, & Kastono, D. (2014). Pengaruh Jarak Tanam dama Tumpangsari Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) dan Dua Habitus Wijen (Sesamum Inicum L.) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Vegetalika, 3(3), 49–62.
Edi, S. (2014). Pengaruh pemberian pupukorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung darat (Ipomea reptans Poir), 3(1), 17–24.
Febrianto, Y., & M.A., C. (2014). Pengaruh jarak tanam dan jenis stek terhadap kecepatan penutupan Arachis pintoi Krap. & Greg. sebagai biomulsa pada pertanaman tomat (Licopersicon esculentum M.). Bul. Agrohorti, 2(1), 37–41.
Pariyanto, A., Sembodo, D. R. J., & Sugiatno. (2015). Efikasi herbisida flumioxazin pada gulma pertanaman tebu (Saccharum officinarum L.) lahan kering keprasan 1. J. Agrotek Tropika, 3(1), 99–105.
Radjit, B.S., & R.D. Purwaningrahayu. (2007). Pengendalian gulma pada kedelai. Bogor: Puslitbang Tanaman Pangan Bogor.
Restiana, & Dahlianah, I. (2014). Analisis vegetasi gulma pada kebun semangka (Citrullus lanatus) di desa timbangan kecamatan inderalaya kabupaten ogan ilir provinsi sumatera selatan. Jurnal Sainmatika, 11(2), 49–58.
Setyowati, N., & Suprijono, E. (2001). Efikasi alelopati teki formulasi cairan terhadap gulma Mimosa invisa dan Melochia corchorifolia. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 3(1), 16–24.
Silmi, F., & Chozin, M. . (2014). Pemanfaatan biomulsa kacang hias (Arachis pintoi) pada budidaya jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) di lahan kering. J. Hort. Indonesia, 5(1), 1–9.
Sukman, Yernelis., & Yakup. (2002). Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumarni, N., Sumiati, E., & Rosliani, R. (2009). Respons tanaman mentimun terhadap penggunaan tanaman penutup tanah kacang-kacangan dan mulsa jerami. J. Hort., 19(3), 294–300.